Revolusi Kurikulum PAI : Membuat Pendidikan Berkualitas di Zaman Digital
Kurikulum bukan hanya bicara mengenai kualitas dan keterkaitan materi yang dikatakan. Sebetulnya, kurikulum mengutamakan ke ide tersambungnya beberapa komponen pendidikan yang dikontekstualisasikan perkembangan dan perubahan jaman yang diperlukan oleh peserta didik sesudah mereka usai tempuh pendidikan di sekolah. Pendidikan Agama Islam berperanan penting saat membuat watak dan kepribadian peserta didik. PAI berperanan saat menyiapkan angkatan yang kuat dan memiliki daya saing di tengah-tengah perubahan dunia yang sangat cepat.
Karena ada perubahan ilmu tehnologi dan informasi yang cepat, tentu saja berpengaruh pada pendidikan, bisa disaksikan dari kurikulum pendidikan yang https://lazsakinah.org/ beralih-alih. Seperti hal nya kurikulum 2013 atau dapat dikatakan sebagai kurtilas dan kurikulum merdeka yang dirasakan peserta didik saat ini. Dalam kurikulum 2013, pendidikan telah memakai tehnologi. Namun tidak berlomba dengan tehnologi. Berlainan dengan kurikulum merdeka yang berjalan saat ini, nyaris semua aktivitas tidak lepas dengan tehnologi atau sebutlah saja tehnologi itu dengan HP.
Ada tehnologi memang sangat menolong pada proses evaluasi di sekolah, baik untuk guru atau peserta didik. Karena ada tehnologi peserta didik dapat belajar secara luas. Maknanya peserta didik bukan hanya berlomba ke buku petunjuk yang diberi oleh guru saja, tapi peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber. Disamping itu, peserta didik bisa meng ikuti perubahan jaman.
Tetapi imbas yang dibuat di zaman digital ini bukan hanya positif saja, tentu saja banyak imbas negatif yang diakibatkan akibatnya karena perubahan tehnologi itu. Salah satunya imbas negatif yang diakibatkan yakni karena ada kurikulum merdeka, guru dapat disebutkan loss pada peserta didik. Maknanya guru cuma untuk fasilitator saja. Berlainan dengan KTSP lebih banyak keluarkan effor ialah guru. Hingga siswa cuma dengarkan apa yang dikatakan oleh guru saja.
Imbas negatif yang diakibatkan ada guru sebagai fasilitator dan cuma menemani peserta didik hingga peserta didik dituntut untuk mengeruk ilmu secara berdikari. Peserta didik yang menyenangi sebuah rintangan akan memiliki pengetahuan yang bertambah luas, berlainan dengan peserta didik lebih sukai dengarkan tentu saja mereka akan malas bila harus mengeruk ilmu dengan semacam itu.
Hingga karena ada kurikulum merdeka ini tentu saja telah baik karena peserta didik dapat belajar sesuai beberapa hal yang mereka gemari, tetapi tentu saja perlu diselenggarakannya peralihan untuk lanjutan kurikulum pendidikan lebih efektif.